Minggu, 16 Februari 2014

METODE PENDIDIKAN AKHLAK DI PONDOK PESANTREN


Pendidikan  akhlak baik itu berdasarkan kepada iman yang kuat, oleh karena itu penanaman iman harus menggunakan metode yang menyentuh hati karena iman adanya di hati yang berpengaruh kepada anak.
  Di Pondok Pesantren metode penanaman iman sebagaimana ditawarkan oleh an-Nahlawi yaitu hiwar, kisah qur’ani, perumpamaan, peneladanan, pembiasaan, ibrah-mauizah, targhib dan tarhib menurut Prof. Tafsir memang sudah dilaksankan di Pondok Pesantren ( 2012: 216).     

  Lebih khusus lagi menurut Prof. Tafsir ( 2012: 306) berpendapat bahwa pondok pesantren dalam menanamkan keimanan dilakukan sebagai berikut: 

a.       Contoh terutama dari kehidupan kyai 
Kyai merupakan contoh kehidupan   bagi para santri karena kyai sebagai penyaring arus informasi yang masuk kepada santri, menularkan apa yang dianggap berguna dan membuang apa yang dianggap merusak, oleh karena itu menurut Greetz kyai sebagai filter budaya ( Tafsir, 2012: 297). Menurut Horikoshi ( Tafsir, 2012: 297) kyai bukan hanya memfilter budaya tetapi juga menawarkan agenda perubahan yang dianggap perlu bagi masyarakat.  Pertunjukan tingkah laku tertentu yang dimunculkan oleh seseorang yang dihormati, dikagumi dan dipercaya oleh anak, senantiasa akan mempengaruhi sikap dan prilakunya. Anak tersebut akan menyaksikan tingkah laku orang yang dikagumi akan cenderung menirunya. ( Majid, 2008: 80). Keteladanan ini sejalan dengan ungkapan Ki Hajar Dewantra ing ngarsa sung tulodo. Selain itu  Sarason mengemukakan pentingnya keteladanan yang merupakan cara paling ampuh dalam mengubah prilaku seseorang ( Majid, 2005: 81).   

b.      Kondisi Kehidupan di Pesantren 
kekuatan pesantren antara lain adalah tradisinya. Adanya bacaan-bacaan wirid, mendendangkan salawat menjelang subuh, akan besar pengaruhnya kepada suasana kejiawaan. Membacakan ayat Al-Qur’an, doa-doa, dan suasana umum pesantren sendiri seperti mencium tangan kyai, berbagai pemulian terhadap kyai yang dilakukan oleh orang yang berkunjung ke pesantren, semuanya itu memberikan suasana tersendiri yang memungkinkan tumbuhnya rasa agama di hati para santri. ( Tafsir: 2011: 141).Proses pengkondisian memang perlu dilakukan dalam internalisasi nilai-nilai ajaran Islam. Proses pengkondisian telah dicontohkan oleh Rosulullah ketika kota Mekah tidak lagi memungkinkan untuk penyebaran dan penegakan ajaran Islam, maka beliau hijrah ke Madinah. Disanalah beliau memupuk keimanan, menanamkan rasa persaudaraan, tenggang rasa, empati, kasih sayang, pengendalian diri, komitmen. Proses pembentukan sikap melalui pengkondisian telah banyak dieksperimenkan oleh para ahli psikologi. Misalnya Pavlov dengan teorinya Stimulus Respon. ( Majid, 2008: 79). 

c.       Peraturan kedisiplinan 
Kedisiplinan di Pondok Pesantren dijalankan dengan baik seperti bangun sebelum subuh tepat waktu, penjadwalan kebersihan, pengajian dan jadwal pulang ke kampung halaman.  Kedisplinan ini akan menimbulkan pembiasaan. Sedangkan pembiasaan merupakan salah satu cara untuk mencapai keberagamaan yang baik, dan keberagamaan yang baik merupakan jalan untuk membentuk akhlak yang baik.( Tafsir, 2010: 231).   

d.      Pepujian yang ritual 
Metode Pepujian merupakan metode yang biasanya dilakukan oleh Pondok Pesantren yang tradisional baik dengan membaca shalawat atau membaca al-Qur’an yang dilakukan sebelum subuh yang biasa dikenal dengan tarhiman. ( Tafsir, 2012: 219).Para ulama dalam melakukan pepujian berupa shalawat setelah adzan sebelum qomat menurut KH. Abdul Manan Ghani bersandar pada hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, sebagai berikut:
 “ ketika kalian mendengarkan adzan maka jawablah, kemudian setelah itu bacalah shalawat kepadaku” (HR. Muslim) 

Metode pupujian ini menurut Prof. Tafsir menyentuh hati sehingga rasa keberagamaan dapat dirasakan oleh hati dan hati adalah tempatnya iman sebagaimana allah berfirman dalam surat al-Hujrat ayat 14 :
 orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ( al-Hujrat: 14)

Pupujian dan ayat-ayat al-Qur’an mempunyai semacam getaran gaib yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata karena rasa maka tidak bisa dilaporkan dalam suara dan aksara. ( Tafsir, 2012: 220).Selain pepujian, di pesantren juga selalu melaksanakan wirid. Wirid yaitu pengucapan doa-doa, berulang-ulang. Tafsir ( 2012: 221).  Lafal-lafal wirid banyak tetapi biasanya tidak lepas dari lafal subahanalloh. Al-hamdulillah, allahhu akbar dan lailahailallah. Adapun pelaksanaan wirid ini setelah solat pardu khusunya solat pardu magrib dan subuh, suaranya kalau di pondok pesantren biasanya dikeraskan bersama-sama santri namun tidak sampai menggangu orang yang lain solat.  Prof. Tafsir ( 2012: 222) berpendapat pengaruh wirid kepada  pendidikan memang sulit dijelaskan tetapi mereka yang sering mengalaminya dapat memahami dan merasakannya adanya pengaruh wirid itu pada pelakunya, suatu pengaruh yang memperkuat rasa iman, memantapkan rasa beragama. 

Daftar Pustaka

Majid, Abdul. ( 2008 ) Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Rosda 
Tafsir, Ahmad ( 2011) Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Rosda
Tafsir, Ahmad ( 2010) Filasafat Pendidikan Islami, Bandung: Rosda
Tafsir, Ahmad ( 2012 ) Ilmu Pendidikan Islami, Bandung: Rosda   

Rabu, 12 Februari 2014

Mazhab-mazhab Akhlak Wad'iyah

Penentuan baik dan buruk telah menjadi pembahasan para peneliti dari dahulu sampai sekarang, namun Al-Hufy mengatakan bahwa penetuan baik dan buruk terbagi kepada dua bagian ada dari Agama ( Diniyah ) dan juga ada dari  manusia ( wad'iyah ). Akhlak yang bersumber dari Agama sudah penulis bahas. sekarang Penulis akan mengulas penetuan baik dan buruk menurut manusia ( wad'iyah ).

Penetuan baik dan buruk wad'iyah menurut al-Hufy  berdasarkan dari ; adat ( urf ), kemanfaatan benda ( manfa'atul madiyah), kebahagiaan pribadi ( sa'adatusy Syahshiyah ), kebahagiaan umum ( sa'adatul 'ammah ), hatu nurani ( dhomir ), pertengahan ( Wasthiyah ), kekuatan ( al Quwah).

A. Adat ( al-'urf )
     Setiap umat mempunyai adat kebiasaan, dan dengan adat anak-anak di didik untuk tunduk mengikuti adat kebiasaan. para peneliti mengatakan adat 'urf) menjadi ukuran dalam penetuan baik dan buruk, apabila ada sesuatu  sesuai dengan adat maka merupakan kebaikan , apabila sesuatu itu tidak sesuai dengan kebaikan maka hal tersebut buruk, tetapi apabila adat diam tidak bisa menetukan baik atau buruk maka manusia berada dalam kebingungan apakah harus dikerjakan atau harus ditinggalkan.

Penetuan baik dan buruk dengan adat ini membuat tidak adanya ketetapan karena di setiap daerah akan berbeda-beda. seperti berbuat mencuri menurut negara Sparta merupakan kebaikan dengan syarat tidak diketahui. oleh karena itu para pemuda di Sparta dilatih untuk bisa mencuri.contoh lain di barat ciuman didepan orang bukan perbuatan yang memalukan.

dengan demikian tidak adanya ketetapan ukuran baik dan buruk menurut adat maka ukuran tersebut mempunyai kekurangan dan tidak sempurna bahkan bisa terjadi kekacauan.

B. Kemanfaatan Benda ( Manfaatul Madyiah )
     orang-orang berpendapat bahwa kemanfaatan benda merupakan dasar akhlak, mereka bersungguh-sungguh dalam berfikir, mencari sebab, mencari alasan keutamaan akhlak dikembalikan kepada kemanfaatan kebendaan baik masa kini atau masa depan.
mazhab ini mengingkari dasar-dasar keruhanian, menimbulkan permusuahan, dan tidak layak untuk menjadi dasar bagi seluruh umat manusia secara komprehensif. apabila mazhab ini menjadi dasar akhlak maka akan terjadi egoisme, menganggap orang lain musuh, acuh tak acuh terhadap kebaikan,tidak ada saling kasih sayang, tidak ada saling cinta mencintai.

C. Kepentinngan Pribadi ( Sa'adatu s Syahsyiah )
     Pendapat ahli mazhab ini bahwa kebahagiaan adalah kenikmatan yang terhindar dari yang menyakitkan. seluruh amal didasarkan kepda kebahagiann ini.Amal baik adalah apabila bisa melahirkan kesenangan, dan amal buruk apabila melahirkan sesuatu yang menyakitkan. Mazhab ini setiap orang harus memilih kenikmatan yang sebesar-besarnya.

Pemimpin dalam mazhab ini adalah Epikurus. dia berpendapat bahwa tujuan manusia adalah mencari kenikmatan. tidak ada yang paling baik kecuali ada kenikmatan dan tidak ada yang paling buruk kecuali ada yang menyakitkan.Dia mengajak manusia agar menguasai syahwat mereka untuk menolak kesenangan yang mengakibatkan penderitan yang lebih besar dan agar mereka mau menderita kepedihan yang akan menimbulkan kesenangan yang lebih besar.

Menurut mazhab ini segala amal yang dilakukan bukan untuk orang lain melainkan untuk dirinya sendiri. sifat pemurah dan keberanian hanya untuk mendapatkan pujian untuk dirinya sendiri yang demikian itu bukanlah akhlak yang mulia.

D. Kebahagian Umum ( Sa'adah al-Ammah)  
   Apabila Epikrus menyatakan bahwa kebagian itu hanya untuk pribadi serta dasar akhlak pada kepentingan pribadi. maka mazhab yang lainnya berpendapat bahwa kebahagian itu untuk umum, akhlak  menurut mazhab ini didasarkan kepada kepentingan umum bukan pribadi.

   Pemimpin besar dalam mazhab ini adalah Bentham ( 1748-1832 M) dan John Stuart Mill ( 1806-1873 M). Bentham berpendapat manusia itu diletakan oleh fitrahnya dibawah hukum kesenangan dan penderitaan, maka kita semua berhutang kepadanya, segala pikiran kita dan semua hukum-hukum serta tujuan kita bersumber kepadanya.

mazhab ini tidak ada ukurun yang tetap, karena akan berbeda tenatng penderiatan dan kenikmatan pada setiap orang. dan akan berbeda juga pada setiap jaman dan lingkungan. jaman berubah maka pendapt kebahagian akan berbeda juga.selain itu orang-orang yang kuat bersikap sewenang-wenang sehingga mereka menciptakan nilai yang hanya bermanfaat bagi mereka dan memadharatkan orang-orang lemah.

E. Dhomir ( Hati )
Menurut Zenon seorang filsafat Yunani bahwa akhlak harus didasarkan kepada hati.mazhab ini berpendapat bahwa setip orang mempunyai kekuatan fitrah yang dapat membedakan baik dan buruk seperti ilham. dengan demikian manusia bersepakat bahwa keberanian, berjata benar, iffah, amanah merupakan keutamaan. sedangkan kebohongan, penakut, khianat merupakan keburukan. Kebaikan dan Keburukan tidak dilihat dari kenikmatan dan kepedihan seperti mazhab sa'adah, tetapi kepada fitrah. menurt mazhab ini bahwa keutamaan adalah utama di setiap lingkungan, jaman, dan keadaan. dengan tanmpa membutuhkan pemikiran dan tidak memandang kemanfaatan dan kemadharatan bagi manusia.

Kecacadan mazhab ini diantaranya adalah bahwa manusia berbeda-beda dalam menghukumi perbuatan-perbuatan. seperti mencuri di Sparta bahwa mencuri itu amal yang dibolehkan asal jangan ketahuan. di jaman jahiliyah minuman, judi merupakan kebaikan. selain itu kecacadan mazhab ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh hawa nafsu oleh karena itu harus ada pendidikan dan pembentukan.

F. Wasthiyah ( Pertengahan)
Mazhab ini di pelopori oleh Aristoteles, akhlak dalam mazhab ini harus berdasarkan sifat tengah-tengah dari dua ujung sifat rendah seperti pemurah  merupakan tengah-tengah dari kikir dan boros, berani tengah-tengah dari penakut dan nekat. pandangan mazhab ini banyak perhatian dari ulama Islam diantaranya Imam Ghozali, Ibnu Mislkawih karena mazhab ini mengajak kepada I'tidal ( sederhana). Sifat i'tidal merupakan sifat yang diridhoi oleh Islam, dan dipuji oleh manusia, karena i'tidal menunjukan kepada keharmonisan, cara yang benar dan jauh dari berlebih-lebihan.

Namun mazhab ini tidakl luput dari kelemahan tau kecacadan. Diantara kelemahan tersebut adalah tidak ada ukuran yang pasti dimana tengah-tengah tersebut dan siapakah yang menetukan titik tengah-tengah tersebut?. contoh sifat berkata benar (jujur) bukan tengah-tengah dari dusta dengan yang lainnya tetapi benar adalah benar.selain itu sejarah membuktikan bahwa Abu Bakar memberikan harta seluruhnya di infakna  di Jalan Allah, apakah abu bakar melakukan pemborosan ? oleh karena itu israf bukan lah pemborosan tetapi israf merupakan menggunakan harta baik banyak atau sedikit bukan untuk dijalan yang diridhoi Allah. bahkan aristoteles memahami tengah-tengah itu berpindah-pindah bukan sudah ada batas tertentu, kadah Aristototreles berkata yang dimaksud dengan tengah-tengah yaitu yang sesuai dengan kita. jelaslah disini bahwa dasar dari akhlak menurut mazhan ini tidak mempunyai batasan tertentu dan karena bagaimana dengan kita maka buruk dan baik berbeda-beda pada setiap tempat dan waktu.

G. Quwah ( Kekuatan)
Mazhab ini berlandasakan bahwa akhlak mengembalikan semua sifat-sifat utama kepada kekuatan. Hobes berpendapat bahwa orang-orang kuat mempunyai akhlak tersendiri yang pantas menjadi akhlak hamba, dan orang-orang yang lemah mempunyai akhlak tersendiri yang tidak pantas bagi orang-orang yang kuat.

tidak diragukan lagi bahwa malapetaka penjajahan orang-orang kuat terhadap orang-orang lemah. adanya pengusaan orang-0rang kuat akan sumber alam didaerahnya oleh karena itu akan terjadi tidak adanya kepedulian kepada kaum yang lemah.

Al-Hasil
Islam memandang bahwa baik dan buruk tidak hanya ditentukan oleh akal. Baik dan buruk ditentukan oleh Allah sebagai pencipta alam selain itu akal dan hati nurani oleh Islam tidak ditinggalkan begitu saja. Akal dan hatu nurani yang dibimbing agama juga menjadi pengawas dan penentu kebaikan dan keburukan.  Wallahu 'Alam 

Daftar  Pustaka

Al Hufy, M. Ahmad ( 1968) Min akhlak an-Naby, Lajnah Tarif bi l Islam

 
.

Selasa, 10 Desember 2013

MASA FATRAH

Ada santri kami bertanya tentang kesalamatan orang tua Nabi Besar Muhammad saw. yakni Sayyid Abdullah dan Siti Aminah, karena mereka berdua belum masuk kepada masa risalah nabi Muhammad saw. jawabannya tentu mereka berdua selamat di akhirat kelak karena mereka berada pada masa fatrah. Nah apakah masa fatrah tersebut? penulis akan mengulas masa fatrah .

Fatrah

kata ini terambil dari akar fa', ta' dan ra' yang berarti "kendor" menjadi lunak dan lemah setelah keras dan kuat" ( Shihab, 2007: I: 225) Kata "fatrah" terdapat dalam al-Qur'an diantaranya surat al-Maidah: 19 : "hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus ( pengiriman ) rasul-rasul, agar kamu tidak mengatakan 'tidak datang kepada kami, baik pembawa berita gembira mapaun pemberi peringatan' sesungguhnya telah datang bkepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." 

kata "fatrah" menunjuk kepada arti terhentinya pengiriman rasul (masa vakum). ( Shihab, 2007:I:226). Menurut fatullah Gulen ( 2011: 276) masa fatrah adalah jeda antara dua nabi. Pada umumnya ia disebut untuk menunjukan jeda sesuadah diangkatnya nabi Isa hingga terutusnya Rasul saw. pada masa jeda tersebut cahaya yang dibawa nabi Isa telah terlupakan. cahaya yang ia bawa tidak sampai kepada masa Rasul saw. akhirnya manusia berada dalam masa kegelapan. orang yang hidup pada masa itu disebut ahlu fatrah.

dalam satu riwayat dikatakan bahwa jarak di antara Nabi Musa dengan Nabi Isa adalah 1700 tahun. pendapat lain mengatakan 1900 tahun, pada masa tersebut tidak ada masa fatrah. Selama masa-masa tersebut telah datang sebanyak dua ribu orang nabi, seribu dari bani israil dan selebihnya non Israil. jarak antara Nabi Isa dan Nabi Muhammad sekitar 571 tahun. menurut Ibnu Abbas yang dikutip oleh as-Syaukani, menyebutkan bahwa diantara nabi Isa dan nabi Muhammad saw. telah diutus tiga rasul, salah seorangnya adalah Simon dari kelompok hawariyyin. inilah yang dimaksud dalam surat Yasin: 14 : "ketika kami mengutus kepadfa mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya, kami kuatkan dengan (utusan) ketiga; maka, ketiga utusan tersebut berkata ' Sesungguhnya kami adalah orang-orang diutus kepadamu'. " 
jadi masa fatrah antara Nabi Isa dan nabi Muhammad saw. sekitar 434 tahun. ( Shihab, 2007:I:226).

pada masa-masa tersebut terjadilah perubahan syriat yang telah dibawa oleh utusan-utusan Tuhan sebelumnya sehingga bercampur baur di antara yang hak dan yang batil. dalam keadaan seperti itu manusia tidak tahu lagi bagaimana cara beribadah kepada Tuhan, mereka bermohon kepada Allah agar diberi tahu bagaimana cara beribadah maka diutuslah Nabi Muhammad saw. 

Menurut para ulama ahlu fatrah yang tidak menyembah berhala dan tidak menjadikannya sebagai Tuhan, bahwa mereka akan mendapatkan ampunan Allah swt. meskipun mereka tidak mengenal Allah swt. dan tidak beriman kepada-Nya. karena itu, ayahanda dan ibunda Rasul saw. akan mendapat ampunan Insya Allah, karena mereka termasuk ahlu fatrah. ( Gullen, 2011: 176).

Adakah ahlu fatrah pada masa kini?
untuk ahlu fatroh dengan definisi diatas tentu tidak ada karena Nabi tidak utus lagi Nabi Besar Muhammad adalah nabi terakhir. namun Asy'ariah sebagai salah satu mazhab teologi berpendapat bahwa orang yang tidak mendengar dan tidak mendapatkan sesuatu pun dari Allah dianggap ahli fatroh. Asy'ariah berdasartkan argumentasi surat al-Isra': 15 : "Dan Kami tidaklah meniksa sebelum mengutus rasul." serta ayat-atay lainnya yang semakna. Al-Qur'an menegaskan bahwa Allah swt. tidak menyiksa umat yang tidak pernah melihat rasul, jadi orang-orang yang tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar seorang rosul pun tidak mendapat siksa. ( Gulen, 2011: 132).
Gulen ( 2011: 281) mengisahkan sebuah cerita . ada sekelompok pemuda membicarakan tentang komunis dan niat jahat komunis, maka salah seorang pemuda menyerukan untuk membunuh orang komunis karena merka penjahat dan pembunuh. namun datang seorang pemuda dan berkata" wahai temanku, engkau berbicara tentang pembunuhan dan pembantaian. seandainya engkau melaksanakannya ucapanmu tadi, tentu aku sudah termasuk korban yang bernasib malang karena aku termasuk orang komunis. namun engkau lihat aku sekarang aku bersama pemuda yang diberkahi aku telah menempuh jarak antara bumi dan langit sejak kemarin sampai sekarang. aku bersumpah diantara mereka  yang kalian sebut musuh terdapat ribuan orang yang menanti keselamatan seperti diriku. mereka tidak menanti serangan, tetapi menanti cinta dan kasih sayang. apakah misi utama adalah membunuh atau menghidupkan?" kata-kata jujur ini membuat semua yang hadir tertegun dan menagis.   

inilah generasi yang kita lihat dan kita tangisi karena kesesatan mereka. sebagian mereka tidak berdosa. mereka berpaling kepada kesesatan karena tidak mengetahui kebenaran. menurutku jika mereka tidak dikategorikan sebagai ahli fitroh, hal itu bertentangan denagn rahmat Ilahi yang luas dan menyeluruh ( Gulen, 2011: 281).

Al-Hasil

Walaupun tidak ada ahli fitarah pada saat ini tetapi diantara mereka yang berada dalam kesesatan ada juga yang dianggap "ahli fitrah" karena mungkin mereka melakukan hal tersebut karena ketidak tahuan dan ketidak mengertian akan kebenaran disebabkan mungkin kita sebagai yang mendapat cahaya tidak menyebarkannya, atau menyebarkan cahaya kebenaran tidak dengan penuh kesantunan, dan mudah  mengahikimi bahwa "kamu sesat" sehingga mereka yang sesat bukan hanya tidak mau menerima kebenaran bahkan menjauhi ajakan kita. bukankah Wali songo menyebarkan kebenaran dengan kelembutan, kasih sayang, kesantunan  bahkan berbaur dengan budaya pribumi?. Wallahu A'alam.

Daftar Pustaka

Gulen, Fatulleh. 2011, Islam Rahmatan lil 'Alamin, Jakarta: Republika

Shihab, Quraisy, 2007, Ensiklopedia Al-Qur'an kajian Kosa kata, Jakarta: Lentera Hati

    






 

           

Sabtu, 16 November 2013

ADIL DAN IHSAN

Setiap jum'at khatib dalam khutbahnya selalu mengumandangkan satu ayat dari surat an-nahl ayat 90 : Innalallaha ya'murukum bil adli wal ihsan wa ita'i dzi al-qurba wa yanha 'ani al-fahsya' wal mungkari wal baghy ya'idukum la'allakum tadakkaruun. artinya Allah memerintahkan berbuat adil, mengerjakan amal baik, bermurah hati kepada kerabat dan Ia melarang melakukan perbuatan keji,mungkar dan kekejaman. Ia mengajarkan kamu supaya menjadi peringatan bagimu. ( Ali, 1996:I: 680). tradisi mengumandangkan ayat tersebut bukan pada masa Nabi Muhammad tetapi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Azis biasanya disebut Umar kedua karena wataknya mirip dengan Umar bin Khatab orangnya salih dan adil. Umar Bin Abdul Azis mendekritkan akhir khutbah dengan ayat 90 dari surat an-Nahl karena pada masa tersebut banyak khutbah-khutbah yang menjadi media untuk mencacimaki dan melaknat lawan -lawan politik, menurutnya lebih baik kita ingatkan jamaah bahwa selain diperintahkn untuk adil kita juga diperintahkan untuk berlaku ihsan.( Majid, 2002: 12). 

Umar bin Abdul Aziz berusaha untuk menyudahi pertikaian antara kaum Syi'ah yang umumnya cenderung hanya mengakui 'Ali, kaum Khawarij hanya mengakui Abu Bakr dan Umar dan Utsman, kemudian muawiyah tanpa Ali, dengan mengintrodusir pandangan tarbi' yaitu pandangan bahwa khlifah pertama yang sah ada empat menurut urutan mereka menjabat, yaitu Abu bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan 'Ali bin abi Thalib, walaupun tidak terlalu berhasil tapi pandangannya yang luas itu telah menjadi teladan bagi kebanyakan kaum muslim dari dulu hingga sekarang .( Majid, 2004: 227). kalau begitu apakah adil dan ihsan tersebut?

Adil

Adil merupakan bentuk masdar dari 'adala-ya'dilu-'adlan. kata kerja ini berakar dari hurf-huruf 'ain, dal, lam. yang ma'na pokonya adalah istiwa (keadaan lurus) dan al- iwaj (keadaan  menyimpang ). ma'na pertama 'adl berarti menetapkan hukum dengan benar. ( Shihab, 2007:1:5). Al-ashfahani menyatakan bahwa kata 'adl berarti memberi pembagian yang sama. Al- Maraghi memberikan makna kata 'adl dengan menyampaikan hak kepada pemiliknya secara efektif ( shihab, 2007:1:6).

Dalam al-Qur'an kata adal mempunyai beragam makna karena aspek dan objeknya beragam, diantara makna-makna tersebut yaitu:
Pertama,' adl bermakna "sama" terdapat dalam surat an-nisa: 58: "Apabila (kamu) menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan 'adl ( sama).(Shihab,2007:1:6).
Kedua, 'adl dalam arti "seimbang" terdapat dalam surat Infhithar: 7: (Allah) Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. ( Shihab,2007:1:6).
Ketiga, 'Adl dalam arti "perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikannya kepada setiap pemiliknya". Pengertian inilah yang didefinisikan 'adl dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya lawannya 'kezaliman'. pengertian ini terdapat dalam surat al-An'am: 152 : Dan apabila kamu berkata maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabat(mu). (Shihab,2007:1:7).
Keempat, 'adl dalam arti "menyimpang" terdapat dalam surat al-An'am: 150:.....janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka".  menurut al-Maraghi ( Jabbar,2012:432) mereka menganggap adanya hal yang serupa dan setara yang menyamai Allah dan bersekutu dengan-Nya. Ya'diluun berasal dari kata 'adl yang berarti menyimpang. 
 adil dilihat dari makna-makna di atas yang paling menonjol adalah berarti "sama" menjadikan adil apabila dalam hukum berarti menghukum  setimpal dengan kesalahan yang apa dilakukan
 
Al-Ihsan
ihsan merupakan masdar dari ahsana-yuhsinu-ihsanan yang berarti "berbuat baik kepadanya" (Yunus,1990:103) . ihsan juga berarti memberi pertolongan kepada orang lain yang memerlukan, membalas budi dengan sebaik-baiknya, dan memaafkan kesalahan orang yang dilakukan kepada kita dengan setulus-tulusnya.( al-Hafidz,2005: 112). al-ihsan bermakna juga membalas kebaikan dengan yang lebih banyak daripadanya, dan membalas kejahatan dengan memberi maaf. ( Jabbar, 2012: 180). perintah ihsan terdapat dalam surat an-Nahl:90. 
Dalam ihsan makna yang menonjol adalah berbuat baik dengan sempurna bahkan apabila ada kesalahan orang lain kita memaafkannya.  

Hubungan 'Adil dan Ihsan

berbuat adil merupakan dasar dari ihsan dan menyantuni kerabat dan berbuat baik. hakekatnya sesorang yang tidak dapat menunaikan kebaikan, kecuali ia harus mempunyai sifat  keadilan ( Gulen, 2011: 186,187).

Adil merupakan tema pokok agama Musa sedangkan ihsan merupakan tema pokok agama Isa. kalau masing-masing dilaksanakan secara belah sebelah maka akan pincang.maka islam mengabungkan kedua itu adil agama musa dan ihsan agama Isa, dalam arti kapan kita kita harus menghukum dan kapan kita harus memaafkan inilah yang sulit. oleh karena itu kita terus berdoa dalam surat al-fatihah meminta jalan yang lurus yakni jalan yang telah diberi nikmat bukan jalan yang dimurkai dan yang sesat. menurut para mufasir yang dimurkai yaitu orang yang terlalu menekankan keadilan sedangkan yang sesat terlalu menekankan kepada ihsan sehingga kehilangan ketegaran moral dan hukum. ( Majid,2002: 12)

Seperti seorang wanita yang melaporkan kepada Nabi bahwa dirinya telah berzinah namun nabi malah melengos saja dan tidak memperhatikan seolah-olah Beliau mau bilang sudalah itu urusanmu! tetapi wanita tersebut dihari kedua dan ketiga terus melapor ahirnya nabi terpaksa menghukum. karena kalu tidak dihukum nanti akan menimbulkan kesalahan, seolah-olah kesalahan seperti itu tidak perlu dihukum. Tetapi  kalau seandainya  wanita tadi itu tidak datang lagi (hanya sekali datang dan dibiarkan oleh Nabi), maka tidak akan terjadi apa-apa. hikamh dari peristiwa tersebut apabila kita berbuat dosa dan tidak disiarkan kepada orang lain maka lebih mudah dimaafkan. namun sebaliknya apabila disiarkan kepada orang lain Tuhan malah tidak memaafkan sama sekali karena menjadi dosa sosial bukan lagi dosa individual.  (  Majid, 2002: 13).

menurut al-Ashfahani (Tt: 118) Ihsan lebih tinggi daripada 'Adl karena 'adl memberikan sesuai yang dipinta dan mengambil sesuai dengan hak tetapi ihsan memberikan lebih dari yang dipinta dan mengambil lebih sedikit dari haknya. oleh karena itu kita kepada orang tua bukan taat tetapi ihsan walaupun orang tua kita tidak baik maka kita sebagi anaknya tetap harus berbuat baik bahkan memaafkannya.

Al-Hasil

Tuntunan Umar Bin Abdul Azis pada abad 2 hijriah nabi yaitu tentang pengumandangan surat an-Nahl: 90 diahir khutbah jum'at masih relevan sempai sekarang apalagi kita banyak melihat di media cetak atau elektronik kekarasan semakin merajalela oronisnya kekarasan atau main hakim  sendiri  yang dilakukan dengan isu sara. Wallahu 'alam.

Daftar Pustaka
al-Ashfahani, Tt  Mu'jam Mufradat al-fadzi al-Qur'an, Baerut: Dar al-Fikr
al-Hafid W Ahsin, 2005  Kamus Ilmu al-Qur'an, Jakarta: Amzah
Ali Y Abdullah, 1993  Al-Qur'an terjamahan dan Tafsirnya, jakarta:Pustaka Firdaus
Gulen Fatulleh, 2011  Cahaya Al-Qur'an, Jakarta: Republika
Jabbar abdul Dhuha, 2012   Ensklopedia Makna Al-Qur'an, Bandung: Fitrah Rabbani
Majid Nurcholish, 2002  Atas nama Pengalaman, Jakarta: Paramadina 
Majid Nurcholish, 2004   Pintu-pintu Menuju Tuhan, jakarta: Paramadina
Shihab Quraish, 2007  Ensiklopedia Al-Qur'an kajian kosa kata, Jakarta: Lentera Hati 
Yunus mahmud, 1990 Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung  
 
 
     
            
     

Rabu, 06 November 2013

Syukur dan Kemunduran Ilmu Pengetahuan Umat Islam

Islam pernah mengalami masa keemasan sekitar tahun 650-1200 Masehi. Umat Islam pada periode ini disebut sebagai super power yang berkuasa di sebagian besar negara-negara yang mencakup tiga benua. pada umumnya kelemahan Dunia Islam terletak pada berbagi sektor kehidupan, terutama sektor ekonomi dan politik, namun penyebab yang paling mendasar adalah rapuhnya fondasi intelektual yang bila dilacak lebih lanjut akan bermula dari bidang pendididkan. ( Nata, 2010: 46). 

Terbukti pada abad 12 Hijryah konsep pendidikan hanya berpijak kepada: pertama, terfokus pada syarah (penjelasan dari kitab asli) dan mukhtasor ( ringkasan dari kitab asli);, kedua, penulisan hanya beberapa bidang saja; ketiga, tren bermazhab dan bertasawuf dalam pendidikan. ( al-Kaelani, 1985: 238). dilihat dari pendapat al-kaelani tersebut terjadi stagnasi pemikiran hanya berkutat pada penjelasan dan ringkasan karya orang lain, tidak mencipta karya yang orisnil. salah satu contohnya dalam bidang fiqh kitab Taqrib disyarahi oleh kitab Fathul Qorib dan di beri hasyiah oleh kitab Al-Bajuri.  

Ada pendapat yang menarik salah satu penyebab tidak majunya Islam menurut Abu 'Ala Al- Maududi (Al-Kaelani, 1985: 240) yaitu tidak difungsikannya secara optimal ranah as-Sama', al-Bashar dan fu'ad sabagaimana tercantum dalam al-quran surat an-nahl ayat 78 yang artinya:
" dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur."
as-Sam'a berfungsi untuk mendapatkan pengetahuan yang telah didapatkan oleh orang lain, al-Bashar berfungsi untuk mengembangkan hasil dari uraian dan analisis, sedangkan hati untuk memfilter kekeliruan dan kesalahan dalam membuat kesimpulan. tiga ranah ini telah difungsikan dengan baik oleh Mesir kuno, Yunani dan Eropa kini.

Muslim pasti mengetahui ayat tersebut mungkin hapal namun kita tidak memfungsikan ketiga ranah tersebut nampaknya kita tidak bersyukur secara baik seperti yang diisyarakan pada akhir 
ayat an-nahl 78 tersebut. oleh karena itu Penulis akan mengulas tentang Syukur.

Syukur

kata Syukur adalah bentuk masdar dari kata Syakara-yaskuru-syukran wa syukuran yang mengandung ma'na antara lain pujian atas kebaikan dan penuhnya sesuatu ( shihab, 2007:3:264). 
al-Ashfahani ( tt:272) berpendapat syukur adalah gambaran ni'mat dan menampakannya. terambil dari kata as-Syukru yang artinya membuka. lawan dari syukur adalah al-Kufru yakni melupakan ni'mat dan menutupinya.  kata Syukur ditemukan sebanyak 75 kali tersebar dalam berrbagai ayat dan surah di al-Qur'an. selain syukur kita selalu mendengar syukuran. Syukuran terdapat dalam surat al-furqon : 62 digunakan ketika Allah  menggambarkan bahwa Allah yang telah menciptakan malam dan siang silih berganti serta menjadi pelajaran bagi manusia dan yan hendak besyukur atas ni'mat yang diberikan Allah. Syukuran yang kedua terdapat dalam surat al-Insan: 9 yang digunakan ketika Allah menggambarkan pernyataan orang-orang yang berbuat kebajikan serta telah memberi makan kepada fakir dan miskin untuk mendapatkan keridhoan Allah ( Shihab, 2007: 965).   oleh karena itu wajar kita selalu mengadakan syukuran ketika mendapat ni'mat.

Syukur menurut al-Asfahani ( tt: 272)  terbagi tersusun dalam tiga bagian yaitu pertama, syukur qolbi yaitu penggambaran ni'mat yakni tahu bahwa ni'mat dari Allah; kedua syukur lisan yaitu memuji kepada Allah atas ni'mat yang diberikan selin itu juga berterimaksih juga kepada orang yang telah menjadi perantara akan ni'mat tersebut seperti tercantum pada surat Luqman: 14).; ketiga syukur jawarih yaitu menggunakan ni'mat yang diberikan sesuai dengan fungsinya.

dengan demikian apabila kita bersyukur dengan seoptimal mungkin dalam arti bukan hanya tahu dan memuji tetapi menggunakan ni'mat, sebagaimana pendapat al-Maududi mengoptimalkan pungsi as-sam'a, al- bashar dan fuad  maka akan menjadi solusi dari masalah keterpurukan Dunia Islam khususnya dalam ilmu pengetahuan.  Wallahu 'alam

 Daftar Pustaka

al-Ashfahani, Tt, Mu'jam Mufrad alfadhi al-Qur'an, Bairut, Darul Fikr
al-Kaelani Majid Irsan, 1985 An-Nadhoryah Tarbiyah Islamyah, 
Nata Abudin, 2010, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Shibah Quraish, 2007, Ensiklopedia Al-Qur'an Kajian Kosa kata, Jakarta:Lentera hati
 

Minggu, 03 November 2013

TAHUN HIJRAH NABI


Setiap tahun diperingati tahun baru hijri. yaitu tahun baru kalender Islam yang perhitungannya dimulai dari hijrah Nabi Muhammad SAW. Khalifah Umar Bin Khatab yang memutuskan diberlakukannya Kalender Islam menariknya tidak didasarkan kelahiran Rasulullah saw. 570 M atau pengangkatan sebagai Rasul tahun 610 M. tidak pula didasarkan pada peristiwa wafatnya Rosulullah saw. tahun 632 M. sebab dalam pandangan Umar, Hijrah adalah peristiwa yang membalikan keseluruhan perjalanan perjuangan Nabi menegakan kebenaran. ( Majid, 2004: 112).

Pada umumnya sampai hari ini penyebutan tahun hijrah tidak disertai dengan nabi kecuali hanya Sisingamanganraja XII yang ternyata beliau adalah seorang Muslim yang taat, menampilkan rasa kecintaan kepada Rasulullah saw, dengan menyebutkan lengkap menjadi hijrah nabi, terbukti dari cap Singamanganraja XII yang terdiri dari tulisan Batak dan Arab Melayu. huruf Batak berbunyi ahu sahap ni Tuwan S.M mian Bakara artinya Saya cap Tuan Singa Mangaraja bertahta di Bakara. huruf Arab Melayu berbunyi: Inilah cap Maharaja di negeri Toba, kampung Bakara nama kotanya, Hijrah Nabi 1304. ( Suryanegara, 2009: 57). menurut Suryanegara juga ( 2009: 58) terjadi Deislamisasi kalender, ditanggalkannya tahun hijryah dan digantikan dengan tahun Masehi walaupun dalam urusan haji dan umrah. terbaca pada PT penyelenggara haji dalam iklannya walaupun di harian republika menuliskan haji dengan tahun Masehi.

Hikmah Hijryah

hikmah tahun hijryah Nabi salah satunya dapat dilihat dari kalender yang menggunakan bulan bukan matahari atau tahun Masehi, menggunakan bulan dirancang untuk waktu beribadat  seperti puasa bukan praktis keduniawian sebagaimana kalender  matahari atau tahun Masehi yang menetukan misalkan  waktu pertanian. selain itu untuk menguji umat muslim untuk beribadah disegala musim, contoh ibadah puasa dilakukan bisa pada musim dingin, musim kemarau secara bergiliran. sebab apabila mengikuti matahari misalkan puasa terus di bulan desember maka akan terjadi ketidak adilan muslim yang berada di belahan bumi utara akan terus puasa dimusim dingin yang pendek dan sejuk sedangkan muslim yang berada dibelahan bumi selatan akan puasa pada musim panas yang gerah dan panjang ( Majid, 2004: 115).

hikmah Tahun hijryah Nabi yang terpenting bahwa Hijrah adalah 'turning point" perjuangan rosulullah. bila di Mekkah Nabi berhasil menanamkan aqidah dan akhlak para sahabat maka hijrah di Madinah langkah perjuangannya meningkat yaitu membentuk masayrakat yang beradab. bisa dilihat dari pergantian nama tempat yaitu dari Yastrib kepada Madinah yang mempunyai arti kota dengan pengertian tempat paradaban.  jadi salah satu makna hijrah ialah peningkatan kualitatif perjuangan bersama menciptakan masyarakat yang sebaik-baiknya. ( Majid, 2004: 113).

untuk mencapai masyarakat yang beradab atau masyarakat madani maka ada tiga unsur dalam membentuk masyarakat madani yaitu pertama, adanya hukum yang manusiawi artinya hukum yang sesuai dengan hakikat manusia yaitu keadilan. pembuat hukum haruslah yang mengerti benar tentang manusia maka instasi itu adalah Tuhan Yang Mahaesa. kedua, adanya masyarakat yang taat hukum. untuk mencapai masyarakat yang taat hukum maka harus melalui pendidikan. pendidikan yang menjadi inti adalah keimanan dengan keimanan maka orang akan merasa dilihat Tuhan, kalau sudah merasa dilihat Tuhan walaupun tidak ada penegak hukum tetap tidak mau melanggar. ketiga, adanya penegak hukum. yang dimaksud dengan penegak hukum ialah orang/lembaga yang mampu menghukum pelanggar hukum berdasarkan hukum. ( Tafsir, 2010: 97).

dengan demikian memperingati tahun baru Hijryah nabi adalah memperingati pergantian nama kota Yastrib menjadi Madinah. pergantian itu melambangkan peningkatan tata hidup yang beradab dan berbudaya. ( Majid, 2004: 113). selain itu dialog yang diutamakan bukan kekerasan main hakim sendiri . Wallahu 'alam.

Daftar Pustaka

Majid Nurcholish, 2004, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta: Paramadina.
Suryanegara A. Mansur, 2009, Api Sejarah, Bandung: Salamadani.
Tafsir Ahmad, 2010, Filsafat Pendidikan Islami, Bandung: Rosda.
 
  



Rabu, 09 Oktober 2013

Qurban dan Korban

kita selalu mendengar kata korban seperti kita harus berkorban bagi bangsa tapi ada juga yang memakai kata korban seperti kalimat nenek menjadi korban dalam penjampretan di dalam bus, apalagi pada waktu  idul adha. kalau begitu apa arti kata korban itu?

kata korban bisa sema'na dengan victim dalam bahasa inggris yaitu korban. korban  menurut kamus besar bahasa indonesia ( 1999: 525)  mempunyai ma'na menjadi menderita. apabila kita telusuri kata korban diserap dari bahasa arab yaitu qurban. Qurban mempunyai ma'na dekat. maka secara peristilahan atau semantik kata-kata "korban", atau "Qurban" adalah tindakan seseorang yang menghasilakan kedekatan dengan ridla Tuhan, dan merupakan bagian dari ajaran agama agar kita selalu berusaha mendekati Allah  ( Taqarrub). ( Majid, 2004: 208).

sesungguhnya dalam berkorban itu yang penting ialah sikap batin kita. tindakan-tindakan memang penting , tapi hanya kalau memang merupakan ekspresi jujur niat kita. maka dalam idul adha kita memang dianjurkan melakukan korban, mencontoh Nabi Ibrahim, dengan menyedahkan hewan koraban kepada kaum miskin. tapi Allah mengingatkan kita bahwa yang betul-betul menjadi qurban ( mendekatkan kepada Allah ) bukanlah fisik hewan tetapi nilai takwa, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an surat al-Hajj ayat 37 : 
" tidak akan sampai kepada Allah daging (hewan) itu, dan tidak pula darahnya. tetapi yang akan sampai kepadaNya ialah takwa dari kamu".

Musthopa Bisri ( 2000: 48 ) membedakan antara  Taat, ibadah dan taqarrub.  Taat menurut beliau melakukan perintah atau kewajiban tanpa melirik motivasi yang mendorong pelaksanaanya. orang yang membayar pajak karena sadar akan kewwajiban warga negara atau karena terpaksa mungkin juga untuk melancarkan usahanya maka orang itu disebut orang yang taat. sedangkan ibadah yang mempunya arti pengabdian kepadah Allah berbeda dengan taat karena ibadah motivasi atau dalam bahasa agama niat menjadi sahnya ibadah tersebut apabila tidak ada niat bukan ibadah namanya ada hadits Nabi "innamal a'malu binniyat " amal akan sah apabila ada niyat.

adapun Taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah tidaklah semata-mata taat atau ibadah. taqarrub bukan hanya melaksankan perintah atau kewajiban. lebih dari itu , taqarrub adalah melaksanakan itu semua sebagai kebutuhan hamba yang mencintai dan ingin dekat pada Tuhannya.

oleh karena itu dalam idul adha kita berqurban hewan bukan hanya melakasanakan perintah dan sahnya ibadah itu tetapi ibadah qurban harus menjadi media untuk mendekatkan pada Allah SWT.
dengan demikian taqarrub harus dilakukan terus menerus setiap harinya bukan hanya saat puasa dan berkurban pada idul adha saja apalagi korban yang berma'na victim.  Wallahu 'alam.

Daftar Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999, Jakarta :Balai Pustaka.

Majid Nurcholish     2004 Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta: Paramadina

Majid Nurcholish dkk. 2000 Puasa Titian Menuju Rayyan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar