Sabtu, 22 September 2012

PERAN BK DALAM MENGATASI PROBLEM PENYESUAIAN DIRI SISWA


BAB I

PENDAHULUAN

Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi siswa, setelah lingkungan keluarga. Sekolah dilengkapi berbagai fasilitas merupakan lembaga yang dipercayai Pemerintah untuk menyelengarakan pendidikan. Selam 6 jam siswa akan berada di sekolah untuk belajar berbagai macam pelajaran buat bekal dimasa depan, oleh sebab itu, sebaiknya setiap siswa mengenal lingkungan sekolah sebelum proses belajar.

Ketika siswa baru masuk diterima di sekolah yang baru dengan suasana yang baru pula, tidak semua siswa merasa senang dan nyaman. Pada kenyataanya banyak berbagai hal yang membuat seorang siswa baru mengalami kendala dalam menyesuaikan diri di sekolah yang baru.

Kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru terkadang siswa enggan dan butuh waktu yang cukup lama untuk  memahami keadaan sekolah, guru dan teman barunya. Penyusuain diri telah menjadi  Problem Remaja,(willis, 2012: 55). Ketidak kemampuan bersosialisasi akan menimbulkan mal adaptif (prilaku menyimpang) bagi individu. (Tohirin, 2007: 141).  Oleh karena itu harus ada upaya dari sekolah untuk membimbing siswa dalam menyesuaikan diri.
Bimbingan dan konseling Sekolah merupakan solusi untuk mengatasi probelma penyesuaian diri siswa, karena diantara  fungsi dan layanan   Bimbingan dan koseling  di sekolah yang dapat terapkan dalam mengatasi problema penyesuaian diri siswa yaitu fungsi pemahaman dan layanan orientasi. (Wardati, 2011: 103)
Dengan latar belakang tersebut Penulis tertarik untuk membahasanya dalam makalah dengan tema “ Peran Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Problema Penyesuaian Diri Siswa”. 

BAB II
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Problema Penyesuaian Diri Siswa
A.                 Problema Penyesuaian Diri  penyesuan diri
Penyesuaian diri ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkunganya.( Willis, 2012: 55).
Penyusuaian diri mencakup; (1) Penyesuaian diri pada diri sendiri; (2) Penyesuaian diri di keluarga; (3) penyesuaian diri di sekolah; (4) Penyesuaian diri di masyarakat. (Willis, 2012: 55).
Khusus penyesuai diri di sekolah yang akan Penulis bahas di makalah ini meliputi: (1) Penyesuai diri terhadap guru; (2) Penyesuai diri terhadap mata pelajaran; (3) Penyesuain diri terhadap teman sebaya; (4) Penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah. (Willis, 2012: 61)
Pertama, penyesuai diri terhadap guru. Penyesuaian diri terhadap guru banyak bergantung kepada sikap guru menghadapi murid-muridnya. Guru yang banyak memahami tentang perbedaan individual murid akan lebih mudah mengadakan pendekatan terhadap berbagai masalah yang dihadapi muridnya. Guru hendaknya memperdalam ilmunya tentang Psikologi dan Ilmu Pendidikan, terutama Psokologi remaja dalam menghadapi anak-anak remaja. ( Willis, 2012: 62)
Kedua, Penyesuain diri terhadap mata pelajaran. Dalam hal ini kurikulum hendaknya disesuaikan dengan umur, tingkat kecerdasan, kebutuhan. Dengan jalan demikian anak akan mudah menyesuaikan diri terhadap mata pelajaran yang diberikan kepadanya. Namun hal ini banyak tergantung kepada gurunya, yaitu kemampuan menggunakan metode mengajar, sikap loyal terhadap pendidikan, berwibawa dan lain-lain. ( Willis, 2012: 62)
Ketiga, penyesuai diri terhadap teman sebaya. Hal ini sangat penting bagi perkembangan murid, terutama perkembangan sosial. Teman sebaya ialah kelompok anak-anak yang hampir sama umurnya, kelas dan motivasi bergaulnya. Apabila siswa tidak bisa menyesuaikan diri dengan teman sebaya kemungkinan besar akan dikucilkan bahkan dimusuhi oleh teman sebayanya. ( Willis, 2012: 63).
Keempat, penyesuai diri terhadap lingkungan fisik dan sosial sekolah. Dalam hal ini adalah gedung sekolah, alat-alat sekolah, fasilitas belajar dan lingkungan sosial lainnya. Jika sekolah kurang fasilitas untuk kelancaran pendidikan maka siswa akan mendapatkan kesulitan dalam belajar dan guru akan capek. ( Willis, 2012: 63).
Faktor-faktor  yang menjadi kendala  siswa dalam  menyesuaikan diri di sekolah berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya berasal dari dalam diri sendiri antara lain karena ketidakpercayaan diri, sifat yang pendiam, sukar bergaul dengan teman baru atau mungkin mempunyai sifat penakut. Faktor eksternal biasanya berasal dari lingkungan yang baru dimasukinya, misalnya dilingkungan sekolah yang baru, teman-teman yang baru, guru-guru yang baru. (Sriyanto, 2010: 3).

B.             Peran Bimbingan Konseling dengan layanan Orientasi dalam mengatasi Problem Penyesuaian Diri Siswa.
1.              Pengertian dan tujuan Layanan Orientasi
Menurut Prayitno ( Tohirin, 2007: 141) orientasi berarti tatapan kedepan ke arah dan tetang sesuatu yang baru. Berdasarkan ini layanan orientasi bermakna suatu layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan ke arah dan sesuatu yang baru. ( Tohirin, 2007: 141).
Layanan orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara individu dengan suasana ataupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan mengantarkan siswa memasuki suasana ataupun objek baru agar ia dapat mengambil manfaat berkenaan dengan suasana dan objek baru tersebut. ( Tohirin, 2007: 142).
Adapun  layanan orientasi dilihat dari fungsi pemahaman bertujuan untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang baru saja dijumpai. ( Tohirin, 2007: 142).

2.              Isi dan Teknik Layanan Orientasi

Isi layanan orientasi adalah berkenaan dengan suasana, lingkungan dan objek-objek yang baru bagi individu. Hal ini mencakup bidang-bidang; (a) pengembangan pribadi; (b) pengembangan hubungan sosial; (c) pengembangan kegiatan belajar; (d) pengembangan karier; (e) pengembangan kehidupan keluarga; (f) pengembangan kehidupan beragama. ( Tohirin, 2007: 143).
Adapun teknik-teknik yang dapat diterapkan dalam layanan orientasi adalah; (a) penyajian, yaitu melalui ceramah, tanyajawab, diskusi; (b) pengamatan, yaitu melihat lansung objek-objek yang terkait dengan isi layanan; (c) partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara lansung dalam suasana dan kegiatan, mencoba dan mengalami sendiri; (d) studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait; (e) komtemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan tentang berbagi hal yang menjadi isi layanan. ( tohirin, 2007: 145).
3.              Pelaksanaan Layanan Orientasi
Proses atau tahapan layanan orientasi adalah sebagai berikut:
Pertama, perencanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah; (a) menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan; (b) menetapkan peserta layanan; (c) menetapkan isi kegiatan; (d) menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber dan media; (e) menyiapkan kelengkapan administrasi. ( Tohirin, 2007: 146).
Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah; (a) mengorganisasikan kegaiatan layanan; (b) mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk format layanan dan penggunaan media. (Tohirin, 2007: 146).
Ketiga, evaluasi. Hal-hal yang dilakukan adalah; (a) menetapkan materi evaluasi; (b) menetapkan prosedur evaluasi; (c) menyusun instrumen evaluasi; (d) mengaplikasikan instrumen evaluasi; (e) mengolah hasil aplikasi evalusai.( Tohiri, 2007: 146).
Keempat, analisis hasil evaluasi. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah; (a) menyiapkan standar analisis; (b) melakukan analisis; (c) menafsirkan hasil analisis. ( Tohirin, 2007: 146).
Kelima, tindak lanjut. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini; (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut; (b) mengomonikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak terkait; (c) melaksanakan rencana tindak lanjut. ( Tohirin, 2007:146).
Keenam, laporan. Meliputi; (a) menyusun laporan layanan orientasi; (b) menyampaikan laporan kepada pihak yang terkait(kepala sekolah); (c) mendokumentasikan laporan. ( Tohirin, 2007:

SIMPULAN
Penyesuaian diri  merupakan problema bagi siswa karena lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang “asing”. Dalam keterasingan individu akan kesulitan untuk bersosialisasi.
Solusi untuk mengatasi hal tersebut maka Peran Bimbingan dan Konseling sekolah dengan layanan orientasi dapat menjembatani kesenjangan antara siswa dengan suasana dan objek-objek yang baru.
       

DAFTAR PUSTAKA
1.      Sriyanto           2010    Bimbingan dan Konseling untuk SMP, Yudistira.

2.      Tohirin             2007    Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah,
Rajawali Press, jakarta

3.      Wardati           2011    Implimentasi Bimbingan dan konseling di sekolah,
            Prestasi Pustaka, jakarta.

4.      Willis sofyan    2012    Remaja dan Masalahnya, Alfabeta, Bandung












Tidak ada komentar:

Posting Komentar