BAB
I
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan lingkungan kedua bagi siswa, setelah
lingkungan keluarga. Sekolah dilengkapi berbagai fasilitas merupakan lembaga
yang dipercayai Pemerintah untuk menyelengarakan pendidikan. Selam 6 jam siswa
akan berada di sekolah untuk belajar berbagai macam pelajaran buat bekal dimasa
depan, oleh sebab itu, sebaiknya setiap siswa mengenal lingkungan sekolah
sebelum proses belajar.
Ketika siswa baru masuk diterima di sekolah yang baru dengan
suasana yang baru pula, tidak semua siswa merasa senang dan nyaman. Pada
kenyataanya banyak berbagai hal yang membuat seorang siswa baru mengalami
kendala dalam menyesuaikan diri di sekolah yang baru.
Kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang
baru terkadang siswa enggan dan butuh waktu yang cukup lama untuk memahami keadaan sekolah, guru dan teman
barunya. Penyusuain diri telah menjadi
Problem Remaja,(willis, 2012: 55). Ketidak kemampuan bersosialisasi akan
menimbulkan mal adaptif (prilaku menyimpang) bagi individu. (Tohirin, 2007:
141). Oleh karena itu harus ada upaya
dari sekolah untuk membimbing siswa dalam menyesuaikan diri.
Bimbingan dan konseling Sekolah merupakan solusi untuk
mengatasi probelma penyesuaian diri siswa, karena diantara fungsi dan layanan Bimbingan dan koseling di sekolah yang dapat terapkan dalam mengatasi
problema penyesuaian diri siswa yaitu fungsi pemahaman dan layanan orientasi.
(Wardati, 2011: 103)
Dengan latar belakang tersebut Penulis tertarik untuk
membahasanya dalam makalah dengan tema “ Peran Bimbingan dan Konseling dalam
Mengatasi Problema Penyesuaian Diri Siswa”.
BAB II
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Problema
Penyesuaian Diri Siswa
A.
Problema Penyesuaian Diri penyesuan diri
Penyesuaian
diri ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap
lingkungannya, sehingga ia merasa puas terhadap dirinya dan terhadap
lingkunganya.( Willis, 2012: 55).
Penyusuaian
diri mencakup; (1) Penyesuaian diri pada diri sendiri; (2) Penyesuaian diri di
keluarga; (3) penyesuaian diri di sekolah; (4) Penyesuaian diri di masyarakat.
(Willis, 2012: 55).
Khusus
penyesuai diri di sekolah yang akan Penulis bahas di makalah ini meliputi: (1) Penyesuai
diri terhadap guru; (2) Penyesuai diri terhadap mata pelajaran; (3) Penyesuain
diri terhadap teman sebaya; (4) Penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah.
(Willis, 2012: 61)
Pertama, penyesuai diri terhadap guru. Penyesuaian
diri terhadap guru banyak bergantung kepada sikap guru menghadapi
murid-muridnya. Guru yang banyak memahami tentang perbedaan individual murid
akan lebih mudah mengadakan pendekatan terhadap berbagai masalah yang dihadapi
muridnya. Guru hendaknya memperdalam ilmunya tentang Psikologi dan Ilmu
Pendidikan, terutama Psokologi remaja dalam menghadapi anak-anak remaja. (
Willis, 2012: 62)
Kedua, Penyesuain diri terhadap mata
pelajaran. Dalam hal ini kurikulum hendaknya disesuaikan dengan umur, tingkat
kecerdasan, kebutuhan. Dengan jalan demikian anak akan mudah menyesuaikan diri
terhadap mata pelajaran yang diberikan kepadanya. Namun hal ini banyak
tergantung kepada gurunya, yaitu kemampuan menggunakan metode mengajar, sikap
loyal terhadap pendidikan, berwibawa dan lain-lain. ( Willis, 2012: 62)
Ketiga, penyesuai diri terhadap teman
sebaya. Hal ini sangat penting bagi perkembangan murid, terutama perkembangan
sosial. Teman sebaya ialah kelompok anak-anak yang hampir sama umurnya, kelas
dan motivasi bergaulnya. Apabila siswa tidak bisa menyesuaikan diri dengan
teman sebaya kemungkinan besar akan dikucilkan bahkan dimusuhi oleh teman
sebayanya. ( Willis, 2012: 63).
Keempat, penyesuai diri terhadap lingkungan
fisik dan sosial sekolah. Dalam hal ini adalah gedung sekolah, alat-alat
sekolah, fasilitas belajar dan lingkungan sosial lainnya. Jika sekolah kurang
fasilitas untuk kelancaran pendidikan maka siswa akan mendapatkan kesulitan
dalam belajar dan guru akan capek. ( Willis, 2012: 63).
Faktor-faktor
yang menjadi kendala siswa dalam menyesuaikan diri di sekolah berasal dari
faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya berasal dari dalam diri
sendiri antara lain karena ketidakpercayaan diri, sifat yang pendiam, sukar
bergaul dengan teman baru atau mungkin mempunyai sifat penakut. Faktor
eksternal biasanya berasal dari lingkungan yang baru dimasukinya, misalnya dilingkungan
sekolah yang baru, teman-teman yang baru, guru-guru yang baru. (Sriyanto, 2010:
3).
B.
Peran Bimbingan Konseling dengan
layanan Orientasi dalam mengatasi Problem Penyesuaian Diri Siswa.
1.
Pengertian dan tujuan Layanan
Orientasi
Menurut
Prayitno ( Tohirin, 2007: 141) orientasi berarti tatapan kedepan ke arah dan
tetang sesuatu yang baru. Berdasarkan ini layanan orientasi bermakna suatu
layanan terhadap siswa baik di sekolah maupun di madrasah yang berkenaan dengan
tatapan ke depan ke arah dan sesuatu yang baru. ( Tohirin, 2007: 141).
Layanan
orientasi berusaha menjembatani kesenjangan antara individu dengan suasana
ataupun objek-objek baru. Layanan ini juga akan mengantarkan siswa memasuki
suasana ataupun objek baru agar ia dapat mengambil manfaat berkenaan dengan
suasana dan objek baru tersebut. ( Tohirin, 2007: 142).
Adapun layanan orientasi dilihat dari fungsi
pemahaman bertujuan untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang
berbagai hal yang penting dari suasana yang baru saja dijumpai. ( Tohirin,
2007: 142).
2.
Isi dan Teknik Layanan Orientasi
Isi
layanan orientasi adalah berkenaan dengan suasana, lingkungan dan objek-objek
yang baru bagi individu. Hal ini mencakup bidang-bidang; (a) pengembangan
pribadi; (b) pengembangan hubungan sosial; (c) pengembangan kegiatan belajar;
(d) pengembangan karier; (e) pengembangan kehidupan keluarga; (f) pengembangan
kehidupan beragama. ( Tohirin, 2007: 143).
Adapun
teknik-teknik yang dapat diterapkan dalam layanan orientasi adalah; (a)
penyajian, yaitu melalui ceramah, tanyajawab, diskusi; (b) pengamatan, yaitu
melihat lansung objek-objek yang terkait dengan isi layanan; (c) partisipasi,
yaitu dengan melibatkan diri secara lansung dalam suasana dan kegiatan, mencoba
dan mengalami sendiri; (d) studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan
mempelajari berbagai dokumen yang terkait; (e) komtemplasi, yaitu dengan
memikirkan dan merenungkan tentang berbagi hal yang menjadi isi layanan. (
tohirin, 2007: 145).
3.
Pelaksanaan Layanan Orientasi
Proses
atau tahapan layanan orientasi adalah sebagai berikut:
Pertama, perencanaan. Pada tahap ini hal-hal
yang dilakukan adalah; (a) menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi
layanan; (b) menetapkan peserta layanan; (c) menetapkan isi kegiatan; (d)
menyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber dan media; (e) menyiapkan
kelengkapan administrasi. ( Tohirin, 2007: 146).
Kedua, pelaksanaan. Pada tahap ini hal-hal
yang dilakukan adalah; (a) mengorganisasikan kegaiatan layanan; (b)
mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk format layanan dan penggunaan
media. (Tohirin, 2007: 146).
Ketiga, evaluasi. Hal-hal yang dilakukan
adalah; (a) menetapkan materi evaluasi; (b) menetapkan prosedur evaluasi; (c)
menyusun instrumen evaluasi; (d) mengaplikasikan instrumen evaluasi; (e)
mengolah hasil aplikasi evalusai.( Tohiri, 2007: 146).
Keempat, analisis hasil evaluasi. Hal-hal
yang dilakukan pada tahap ini adalah; (a) menyiapkan standar analisis; (b)
melakukan analisis; (c) menafsirkan hasil analisis. ( Tohirin, 2007: 146).
Kelima, tindak lanjut. Hal-hal yang
dilakukan pada tahap ini; (a) menetapkan jenis dan arah tindak lanjut; (b)
mengomonikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak terkait; (c)
melaksanakan rencana tindak lanjut. ( Tohirin, 2007:146).
Keenam, laporan. Meliputi; (a) menyusun
laporan layanan orientasi; (b) menyampaikan laporan kepada pihak yang
terkait(kepala sekolah); (c) mendokumentasikan laporan. ( Tohirin, 2007:
SIMPULAN
Penyesuaian diri merupakan problema bagi siswa karena
lingkungan yang baru bagi individu merupakan sesuatu yang “asing”. Dalam
keterasingan individu akan kesulitan untuk bersosialisasi.
Solusi untuk mengatasi hal tersebut
maka Peran Bimbingan dan Konseling sekolah dengan layanan orientasi dapat
menjembatani kesenjangan antara siswa dengan suasana dan objek-objek yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sriyanto 2010 Bimbingan dan Konseling untuk SMP,
Yudistira.
2.
Tohirin 2007 Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madrasah,
Rajawali Press, jakarta
3.
Wardati 2011 Implimentasi Bimbingan dan konseling di
sekolah,
Prestasi
Pustaka, jakarta.
4.
Willis sofyan 2012 Remaja dan Masalahnya, Alfabeta, Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar